1.
Teori
Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Menurut meter
dan horn dalam AG. Subarsono (2010: 99),
ada enam variable yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni:
1. Standar
dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
Apabila standard an sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik antar agen implementasi
2. Sumber
daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya
manusia(human resources) maupun sumberdaya non-manusia(non-human resourse).
3. Hubungan
antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu
dukungan dan koordinasi dengan intansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi
dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program
4. Karakteristik
agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana adalah mencakup
struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam
birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi
sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan.
6. Disposisi
implementor/ sikap para pelaksana. Sikap mereka itu dipengaruhi oleh
pendangannya terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu
terhadap kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan
pribadinya. disposisi implementasi kebijakan diawali penyaringan (befiltered) lebih dahulu
melalui persepsi dari pelaksana (implementors)
dalam batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga macam elemen respon
yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya untuk melaksanakan suatu
kebijakan, antara lain terdiri dari pertama, pengetahuan (cognition), pemahaman dan
pendalaman (comprehension
and understanding) terhadap kebijakan, kedua, arah respon mereka
apakah menerima, netral atau menolak (acceptance,
neutrality, and rejection), dan ketiga, intensitas terhadap
kebijakan.
2. Teori George Edward III
Edward III dalam AG. Subarsono
(2010: 90), mengusulkan 4
(empat) variable yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu :
1.
Communication (komunikasi) ;
komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke
bawah maupun dari bawah ke atas. Untuk menghindari terjadinya distorsi
informasi yang disampaikan atasan ke bawahan, perlu adanya ketetapan waktu
dalam penyampaian informasi, harus jelas informasi yang disampaikan, serta
memerlukan ketelitian dan konsistensi dalam menyampaikan informasi
2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi
kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan tidak akan
efektif bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk
sumber-sumber dimaksud adalah :
a.
staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan keterampilan
untuk melaksanakan kebijakan
b.
informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi
c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan
c. dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi kebijakan
d.
wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.
3. Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap
implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali para
implementor bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka mencapai kebijakan,
tergantung dengan sejauh mana wewenang yang dimilikinya
4.
Bureaucratic structure (struktur
birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali melibatkan beberapa lembaga atau
organisasi dalam proses implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang
efektif antar lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi.
3.
Teori Mazmanian dan Sabatier
Mazmanian
dan Sabatier dalam AG. Subarsono (2010: 94), implementasi kebijakan
dapat diklasifikan ke dalam tiga variable, yaitu :
a. karakteristik
masalah :
(1) tingkat
kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan, disatu pihak ada masalah
sosial yang secara teknis mudah dipecahkan.di pihak lain ada masalah yang sulit
di pecahkan
(2) tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran, ini
berarti bahwa suatu program relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok
sasarannya adalah homogen. Sebaliknya jika kelompok sasaran adalah heterogen,
maka implementasi program akan lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap
anggota kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda
(3) proporsi
kelompok sasaran terhadap total populasi, sebuah program relative sulit di
implementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah
program akan relatif mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya
tidak terlalu besar
(4) cakupan perubahan
prilaku yang diharapkan, sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan
atau bersifat kognitif akan labih mudah diimplementasikan daripada program yang
bertujuan untuk mengubah sifat dan prilaku masyarakat
b. Karakteristik
kebijakan :
(1) kejelasan isi
kebijakan, ini berarti bahwa makin jelas dan akin rinci kebijakan maka akan
memudahkan implementor dalam memahami isi kebijakan dan menterjemahkan dalam
tindakan nyata
(2) seberapa jauh
kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis
(3) besarnya alokasi
sumber daya financial terhadap kebijakan tersebut dalam hal ini mengenai sumber
daya keuangan dan staf
(4) hubungan atau
dukungan antar organisasi pelaksana, kegagalan program biasa disebabkan
kurangnya koordinasi vertical dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam
suatu program
(5) kejelasan dan
konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana
(6) tingkat komitmen
aparat terhadap tujuan kebijakan dalam hal melaksanakan tugas dan pekerjaan
atau program-program-program,
(7) seberapa luas
akses kelompok-kelompok luar yaitu masyarakat untuk berpartisipasi dalam
implementasi kebijakan. Karena kebijakan yang melibatkan masyarakat akan lebih
mudah untuk berhasil di banding yang tidak
melibatkan masyarakat
c. Variabel
Lingkungan:
(1)
kondisi sosial ekonomi dan tingkat kemajuan teknologi, masyarakat yang sudah
terbuka dan terdidik akan lebih mudah menerima program-program pembaruan di
banding masyarakat yang tertutup dan tradisional. Demikian juga kemajuan
tekhnologi akan membantu dalam keberhasilan proses implementasi program, karena
program-program tersebut dapat disosialisasikan dan di implementasikan dengan
bantuan teknologi modern
(2) dukungan public terhadap sebuah kebijakan, kebijakan
yang bersifat insentif biasanya mudah mendapat dukungan public. Sebaliknya
kebijakan yang bersifat dis-insentif akan kurang mendapat dukungan publik
(3)
sikap dari kelompok pemilih
(4)
tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor. Pada akhirnya,
komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan ang telah tertuang dalam
kebijakan adalah variabel yang paling krusial
4.
Teori Merilee S. Grindle
Menurut Grindle
dalam
AG. Subarsono (2012 : 93), implementasi kebijakan ditentukan
oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa
setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.
Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan
tersebut.
Isi kebijakan,
mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Sejauh mana
kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan
2. Jenis
manfaat yang akan diterima oleh target groups
3. Derajat perubahan yang
diinginkan
4.
Kedudukan pembuat kebijakan
5.
Pelaksana program
6. Sumber daya yang dikerahkan
Sementara itu,
konteks implementasinya adalah :
1.
Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
2.
Karakteristik
lembaga dan penguasa
3.
Kepatuhan dan daya tanggap
Model Grindle ini
lebih menitik beratkan pada konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut dengan
implementor, sasaran dan arena konflik yang mungkin terjadi di antara para
aktor implementasi serta kondisi-kondisi sumber daya implementasi yang
diperlukan
5.
Teori
G Shabbir Cheema dan Denis A. Rondinelli
Dalam model ini ada
empat kelompok variable yang dapat mempengaruhi kinerja dan dampak suatu
program, yakni: (1) kondisi lingkungan, (2) hubungan antar organisasi, (3)
sumberdaya organisasi untuk implementasi program, (4) karakteristik dan
kemampuan agen pelaksana
6.
Teori
David L. Weimer dan Aidan R. Vining
Dalam model ini ada
tiga kelompok variable besar yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi
suatu program yakni:
a.
logika kebijakan ini dimaksudkan agar suatu
kebijakan yang ditetapkan masuk akal (reasonable) dan mendapat dukungan
teoritis. Kita dapat berfikir bahwa logika dari suatu kebijakan seperti halnya
hubungan logis dari suatu hipotesis.
b.
Lingkungan tempat kebijakan dioperasikan,
lingkungan tempat dioperasikan ini sangat mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan. Lingkungan ini mencakup lingkungan sosial,
politik, ekonomi, hankam dan fisik atau geografis
c.
Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu
kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kompetensi dan keterampilan oleh para
implementor